Ketika Allah Memberikan Dorongan Kuat Untuk Beribadah
Terjemah Adabu Sulukil Murid Pasal
Dan dorongan ini adalah termasuk tentara Allah yang batin, termasuk hembusan pertolongan dan tanda hidayah, dan sering kali dia dibukakan dengan dorongan itu atas hamba ketika sedang mendengar ancaman (takhwif ayat atu hadits yang menakutkan), menyenangkan (targib ayat atau hadis yang berisi berita gembira), merindukan (tasywiq ayat atau hadits yang berisi sesuatu yang merindukan) dan ketika memandang kepada wali Allah dan memandang kepada sebagian mereka dan terkadang juga dorongan itu terjadi tanpa sebab.
Menyingkap dan berupaya memperoleh pemberian-pemberian-Nya itu merupakan perbuatan yang diperintahkan dan disukai. Sedangkan menunggu dan meneliti saja tanpa ada upaya menyingkap dan tanpa membuka pintunya adalah sebuah kebodohan dan kedunguan. Bagaimana tidak seperti itu? Sementara Rasulullah –‘alaihi assholatu wassalam- telah bersabda: “Sesungguhnya Tuhan kalian memiliki banyak pemberian di hari-hari dalam tahun kalian. Ingatlah, cari dan temukanlah pemberian itu!”
Dan siapapun yang diistimewakan oleh Allah dengan dorongan yang mulia ini maka ketahuilah kadar dan ukurannya yang luhur. Yakinlah bahwa hal tersebut merupakan sebagian nikmat paling besar dari Allah yang tidak ternilai dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Oleh karena itu, (orang yang memperoleh dorongan tadi) hendaknya memperbanyak bersyukur kepada Allah ta’ala atas apapun yang Ia berikan dan prioritaskan kepada orang tersebut serta beryukur karena Allah telah mengistimewakannya daripada teman dan rekan-rekannya. Padahal berapa banyak orang islam yang telah mencapai umur 80 tahun bahkan lebih sementara itu ia belum menemukan dorongan ini dan (juga) tidak menempuh –mencarinya- satu haripun dari waktunya.
Keharusan bagi muriid berusaha dengan tekun dalam menguatkan, menjaga dan menurutinya -yakni dorongan ini-. (Cara) menguatkannya adalah dengan dzikrullah (berdzikir dan ingat kepada Allah, memikirkan/merenungkan apaapa yang ada di sisi Allah dan bergaul serta dekat pada Ahlullah. (Cara) menjaga dan memeliharanya adalah dengan menjauhi duduk-duduk, berkumpul dengan orang yang terhalangi dari Allah dan melawan godaan-godaan syetan.
Dan (cara) menurutinya (yakni menuruti dan meng-iyakan dorongan yang sudah dijelaskan) yaitu dengan bergegas kembali menuju kepada Allah ta’ala, bersungguh-sungguh dalam mendatangi dan menuju Allah, tidak bermalas-malasan, menunda-nunda, mengkendurkan dan mengakhirkannya karena kesempatan telah datang kepadanya untuk itu bergegaslah menggunakannya. Dan (juga) pintu (menuju Allah melalui dorongan yang telah telah diberikan) telah dibukakan untuknya, untuk itu masuklah. Serta ia sudah diajak (oleh dorongan tadi) maka bergegaslah. Dan waspadalah dari “besok-besok” (menunda dengan alasan masih ada waktu) karena hal tersebut termasuk dari perbuatan syetan. Kerjakanlah, jangan menjadi kendur (lengah) dan jangan beralasan tidak sempat dan tidak pantas (belum layak).
Syaikh Abu Rabi’ rahimahullah telah berkata: “Berjalanlah menuju Allah dengan keadaan pincang dan lemah. Janganlah kalian menunggu sehat, karena menunggu sehat adalah wujud tunakarya (pengangguran yang tidak akan memperoleh apa-apa)”. Dan Syaikh Ibnu ‘Athaillah telah berkata di kitab al Hikam: “menunda beramal (bekerja ataupun berkegiatan) sampai (menunggu) adanya kesempatan merupakan kebodohan jiwa”.
Posting Komentar untuk "Ketika Allah Memberikan Dorongan Kuat Untuk Beribadah"