Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

BERHENTILAH BERGANTUNG PADA AMAL ANDA

Tanda-tanda Mengandalkan Amal

مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزّ َلَلِ

"Di antara tanda sikap mengandalkan amal ialah 

berkurangnya harap kepada Allah tatkala khilaf" 

AMAL YANG DIMAKSUD di sini ialah amal, seperti shalat dan zikir.

Ada dua kelompok orang yang mengandalkn amal

Ada dua kelompok orang yang mengandalkn amal mereka atau menggantungkan keselamatan diri mereka pada amal ibadah (bukan pada Allah secara murni). Mereka itu adalah:

1. para 'abid

para 'abid (orang yang tekun beribadah) dan para murid (orang yang menghendaki kedekatan dengan Allah). Golongngan pertama menganggap amal ibadah sebagai satu-satunya sarana untuk meraih surga dan menghindari siksa Allah.

2. Mengandalkan amal satu-satunya jalan

Sementara itu, golongan kedua menganggap amal ibadah sebagai satu-satunya cara yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah, menyingkap tirai penghalang hati, membersihkan keadaan batin, mendalami hakikat ilahiah (mukasyafah), dan mengetahui berbagai rahasia ketuhanan lainnya. 


Kedua golongan ini sama-sama tercela, karena tindakan dan keinginan mereka itu terlahir dari dorongan nafsu dan sikap percaya diri berlebih. Mereka menganggap amal ibadah sebagai perbuatan diri mereka sendiri dan yakin bahwa amal ibadah itu pasti akan membuahkan hasil yang mereka inginkan.


Berbeda halnya dengan orang-orang yang mengenal Tuhan dengan baik (‘arif). Mereka tidak bergantung sedikit pun pada amal ibadah yang mereka lalukan Menurut mereka, pelaku hakiki dari semua amlal ibadah itu ialah Allah swt. Semata sedangkan mereka hanyalah objek kenampakan dari semua tindakan dan ketentuan Allah swt.


Dalam hikmah di atas ibnu ‘illah menyebut orang-orang yang menggantungkan keselamatan diri mereka pada amal ibadah yang mereka lalukan, bukan pada Allah secara murni. Tujuanya, supaya setiap hamba bisa  mengenali siapa dirinya dan termasuk golongan mana ia. Apabila, di saat melakukan maksiat dan dosa,ia kehilangan harapan pada Allah yang Maharahmat yang akan memasukkannya ke-surga, meyelamatkannya dari azab, dan mewujudkan semua keinginannya, ia dianggap termasuk golongan ‘abid atau murid. Namun, apa bila merasa dirinya nihil dan tak berdaya, ia termasuk golongan ‘arif. Jika melakukan kesalahan atau maksiad dan lalai, seseorang yang termasuk golongan ‘arif akan malihat perbuatanya itu sebagai ketetapan dan takdir Allah atas dirinya.


Demikian pula saat melakukan ketaatan atau mengalami musyahadah (merasa melihat Tuhan ), golongan ‘arif tidak memandang bahwa segala daya dan upayanyalah yang melakukan  keteatan dan kebajikan itu. Baginya, tak ada beda saat benar ataupun salah, saat taat maupun khilaf, karena ia telah tenggelam dalam lautan tauhid. Rasa takut dan harapnya dalam kondisi tetap dan seimbang. Maksiad tak pernah mengurangi rasa takutnya kepada Allah, dan ketaatan pun tidak menambah rasa harapnya kepada-Nya.


Maka dari itu siapa yang tidak mendapati tanda seperti ini dalam dirinya,hendaknya ia berusaha mencapai maqam (kedudukan) ‘arif dengan banyak melakukan olah batin (riyadhah)dan wirid.

Melalui hikmah di atas, Ibnu Atha ‘illah ingin mendorong para salik (peniti jalan menuju Allah) agar menghindari sikap bergantung pada sesuatu selain Allah; termasuk bergantung pada amal ibadah (Ulasan Syekh Abdullah asy-Syarqawi).

Posting Komentar untuk "BERHENTILAH BERGANTUNG PADA AMAL ANDA"